Kini Toyota telah menjelma menjadi perusahaan mobil terbesar di dunia – melibas pabrikan raksasa seperti General Motor, Volkswagen ataupun Peugeot. Salah satu dimensi kunci yang membuat nama Toyota menjadi demikian harum barangkali adalah kualitas produk yang dihasilkannya.
Darinya kita mengenal konsep seperti Toyota Lean Manufacturing, Kaizen (perbaikan berkelanjutan) ataupun juga “just in time inventory”. Dari sinilah kemudian, kita juga mengenal beragam merk mobil dengan kualitas kelas dunia, mulai dari sang legenda Toyota Camry, Toyota Fortuner hingga Lexus.
Lalu, rahasia apa yang membuat nama Toyota terus menjulang? Tulisan kali ini mencoba mengeksplorasi jawabannya.
Dan jawaban itu mungkin secara komprehensif dapat disimak dalam sebuah buku yang amat memikat berjudul The Toyota Way : 14 Management Principles from the World’s Greatest Manufacturer yang ditulis oleh Jeffrey Liker. Dalam buku ini dibentangkan sejumlah prinsip kunci yang membuat Toyota menjadi apa yang seperti kita kenal saat ini. Dalam kesempatan ini kita akan mencoba menengok empat prinsip diantaranya.
Prinsip pertama yang membuat Toyota menjadi legenda adalah ini :
Long term philosophy. Atau sebuah prinsip yang senantiasa disandarkan pada filosofi jangka panjang. Mereka selalu mencoba mengambil keputusan manajemen berdasar perspektif jangka panjang, dan bukan sekedar demi keuntungan finansial jangka pendek semata.
Kisah riset mereka untuk menghasilkan mobil hibrid pertama di-dunia dengan merk Toyota Prius misalnya; dibangun dengan pemikiran janga panjang akan masa depan bumi. Meski mungkin upaya ini tidak menghasilkan banyak profit, namun mereka dengan intens melakukan ikhtiar untuk mampu menghasilkan mobil dengan emisi gas buang nol (zerro emission). Sebuah impian yang tentu saja didasarkan akan long term perspective.
Prinsip kedua yang juga mereka jalankan adalah :
The Right Process Will Produce the Right Results. Inilah sebuah filosofi yang banyak mendasari proses produksi (manufacturing) Toyota yang legendaris. Dalam prinsip ini mereka selalu mencoba membangun sebuah proses produksi yang sempurna demi menghasilkan beragam produk mobil dengan mutu yang tak terkalahkan.
Disinilah lalu dikenal sejumlah pendekatan semacam heijunka atau sebuah ikhtiar untuk membangun proses produksi yang mampu meminimalkan waste; serta tidak memberikan beban berlebihan kepada mesin ataupun tenaga manusia (overburden process). Pendekatan lain yang juga muncul adalah kaizen atau sebuah upaya terus menerus untuk melakukan perbaikan (constant improvement) melalui standarisasi proses yang sistematis dan mudah di-observasi.
Prinsip ketiga Toyota Way adalah :
Add Value to the Organization by Developing Your People. Melalui prinsip ini Toyota senantiasa mendedikasikan sumber daya yang melimpah untuk pengembangan kompetensi para karyawannya. Para leader dan teknisi terus digodok hingga tingkat master. Para master inilah yang kemudian akan memastikan bahwa setiap Lexus atau Camry yang diproduksi, semuanya sesuai dengan acuan standar mutu yang telah ditetapkan.
Yang menarik, proses pengembangan SDM ini juga dilakukan secara intensif kepada para mitra (supplier) Toyota. Mereka mengenalnya sebagai Toyota Supply Chain Network. Setiap supplier yang ada dalam alur ini selalu mendapatkan semacam “intervensi pelatihan dan pengembangan” dari Toyota untuk memastikan semua mitra tersebut memiliki mutu SDM dan produk yang sejajar dengan standar Toyota.
Prinsip keempat atau terakhir yang diuraikan dalam buku ini adalah tentang :
Continuously Solving Root Problems to Drive Organizational Learning. Dalam prinsip ini kita dikenalkan dengan pendekatan Toyota yang berbunyi : Genchi Gebutsu (atau sebuah prinsip yang mengajak kita untuk selalu “turun ke lapangan” dan melihat proses secara menyeluruh demi memahami situasi/akar masalah dengan lebih komprehensif). Melacak akar masalah – dan bukan sekedar gejala atau simptom – adalah kunci bagi terbangunnya sebuah proses operasi yang ekselen, dan juga keunggulan kinerja.
Tak pelak buku The Toyota Way ini menawarkan beragam pelajaran yang menarik tentang bagaimana membangun sebuah perusahaan dengan kinerja unggul. Jika kita belum sanggup membeli sebuah sedan Lexus, mungkin buku ini bisa menjadi semacam hiburan berharga tentang bagaimana merancang sebuah mobil dan perusahaan kelas dunia.
No comments:
Post a Comment